Negara-negara itu adalah Irak, Lebanon, Mesir, Suriah, dan Yaman. Pola Syiah sama di semua negara di atas dan termasuk Indonesia.
Berikut beberapa strategi yang diungkap oleh Haikal:
- Syiah memulai dari pendidikan, yayasan, peringatan, lalu masuk kejajaran pemerintahan, partai, kabinet dan berakhir pada kudeta.
- Melakukan pemutarbalikkan fakta sejarah melalui buku-buku dan kebohongan berita melalui sosial media & web.
- Melakukan proses rekrutmen untuk menjadi Syiah melalui peringatan/pengajian. Polanya adalah cinta Nabi dan Ahlul Bait. Sebuah cara tepat yang pasti diterima.
- Cinta Nabi & Ahlul Bait adalah WAJIB bagi semua Muslim. Tidak ada yang menolak. Kufur-lah org yg menolak hal ini. Inilah yang dijadikan pintu masuk.
- Hal ini terus digaungkan ditambah dengan bumbu cerita kisah karbala yang telah menewaskan cucu-cucu Nabi. Kesedihan dibangun, asyura diagungkan, karbala disucikan.
- Ketika emosional telah terbangun, maka kontranya adalah pelampiasan kebencian yang ditujukan kepada sahabat Nabi yang beda pendapat dengan Ali [Radhiyallahu ‘Anhu].
- Maka aplikasi kebencian itu terejewantahkan kepada Sunni yang telah berabad-abad tak bisa berdamai dengan Syiah. Ironi! Salah langkah. Gagal paham.
- Proses itulah yang tengah terjadi di Indonesia. Dengan pola yang sama di beberapa negara tersebut di atas, persis tengah terjadi di NKRI. Mengerikan!
- Kerjasama antara universitas-universitas dengan Iran makin gencar. Ini dulu juga terjadi di Negara-negara yang porakporanda dan kemudian menjadi negara berbasis Syiah.
- Sejak 10 tahun lalu, yayasan-yayasan dan penerbit Syiah bermunculan. Ini dulu juga terjadi di negara yang porakporanda dan menjadi syiah.
- Sejak 5 tahun terakhir, ramai mahasiswa Indonesia yang digratiskan untuk kuliah di Iran. Ini dulu juga terjadi di negara-negara yang porakporanda dan menjadi Syiah.
- Sejak awal kabinet ini, langkah dan gerak Syiah terlihat begitu massive, gencar dan terstruktur. Tugas ulama sebagai benteng NKRI makin berat.
No comments:
Post a Comment